Minggu, 21 November 2010

SEE ON BEAUTY

Ketika kita melihat sesuatu, yang diluar kendali kita, seperti lampu mati, ketiadaan makanan, kemacetan, ketidakteratura atau perbuatan orang lain yang tidak menyenangkan maka bagaimana respon kita terhadap peristiwa tersebut adalah suatu PILIHAN (CHOISE).

Tidak dapat dipungkiri setiap kita, harus melakukan suatu pilihan dalam menjalani hidup ini. Memang kita harus memilih untuk bekerja dimana, sekolah dimana, siapa yang akan menjadi pendamping hidup kita, mau naik kendaraan apa dll. Segala hal yang kita lakukan merupakan pilihan yang sudah kita tentukan. Persoalannya tidak semua pilihan kita itu mendatangkan hal yang membahagiakan. Lalu bagaimana????????

Pilihan tetaplah pilihan, jika sudah ditetapkan maka kita harus menerima dengan segala resikonya. Namun yang menjadi beda adalah “pilihan kita untuk melihat dari SUDUT PANDANG yang mana”. Mungkin pilihan kita kurang tepat, namun jika kita mampu melihat dari sudut pandang yang tepat maka kita akan merasa bahwa semuanya itu mendatangkan kebaikan bagi kita.

Milikilah sudut pandang yang berfokus pada hal yang positif. Ini bukan pekerjaan mudah membutuhkan “LATIHAN”. Yach… berbicara latihan maka itu adalah suatu pekerjaan yang harus sering dilakukan dan berulang-ulang. Mulailah dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu, misalnya: ketika kita tidak mendapatkan tiket kereta, cobalah melihat dari sudut pandang yang positif. Jika kita sudah terbiasa, maka kemampuan itu akan menjadi “Gaya Hidup” kita.

Sekarang apa yang kita alami, dalam situasi sesulit apapun kita bisa jauh lebih berhasil dengan cara memilih untuk menerima segala yang telah terjadi terlebih dahulu. Namun jangan diartikan sebagai sikap yang pasif dan pasrah, hal-hal yang belum terjadi tetap harus kita perjuangkan semaksimal mungkin sesuai dengan keinginan kita.

MATRAS (MATI RASA)


Suatu sore aku melihat seorang penjual lele yang asik dengan hewan pliharaannya itu. Wajahnya yang penuh dengan peluh, baju hitam yang basah dan sebuah tas usang melekat di tubuhnya. Tangannya sangat trampil ketika memegang lele yang selalu melompat-lompat kesana kemari.

Sejenak kuperhatikan, tak nampak olehku rasa sakit yang saat memegang lele. iseng-iseng kutanya

Pak, lelenya udah nggak “Matil ta” tanyaku dengan bahasa jawa yang artinya apa nggak ngigit. Tak kusangka sang bapak hanya tertawa renyah bak kacang goreng, sambil menjawab, ” Udah biasa mbak, jadi udah nggak terasa lagi sakitnya.

Semakin penasaran aku dibuatnya, kembali aku bertanya untuk kedua kalinya.

Maksudnya gimana pak?”

Dengan senang hati sang bapak berkata,” sebenaranya sakit juga ketika memegang lele, tapi semuanya itu “Tidak menjadi Soal” yang penting dapat uang buat kasih makan anak istri. sakit-sakit juga dijalani. sambil tersenyum simpul.

Mungkin jawaban bapak penjual lele itu terlihat sederhana, tapi bagiku ada makna dibalik semuanya. aku melihat jiwa yang rela berkorban untuk anak istri, jiwa yang rela untuk sakit demi sesuatu yang ingin dicapai.

Satu pelajaran berharga bagiku di sore hari, ketika kita melihat “Tujuan Akhir” dari sesuatu yang kita kerjakan. Atau hasil yang akan kita peroleh, maka kita tidak lagi memikirkan rasa sakit yang harus kita derita, semuanya terhapuskan dengan fokus pada apa yang akan kita capai.

Mungkin saat ini kita berada pada posisi yang udah nyerah, putus asa atau membiarkan sesuatu tanpa ada pergerakan sama sekali alias jalan di tempat, belajarlah pada pak penjual lele. Jangan melihat rasa sakit atau sesuatu yang tidak nyaman untuk dirasakan tetapi lihatlah pada hasil akhir yang akan kita capai, maka semua rasa sakit itu menjadi hilang alias mati Rasa.

NEVER GIVE UP