Pendahuluan
Kata komitmen
atau yang biasa kita sebut sebagai janji atau bahasa yang sering digunakan oleh
kalangan rohani adalah “Nazar” merupakan kata yang mudah diucapkan tetapi sulit
dilakukan. Kalaupun ada yang berkata mudah, biasanya itu nampak di awal-awal
ketika komitmen itu dilakukan. Sampai pada pertengahan, mulai sedikit luntur
dan sangat jarang seseorang memiliki komitmen sampai pada akhirnya. Mengapa?
Karena ketika kita memutuskan untuk berkomitmen maka segenap hati, tenaga,
pikiran, uang, waktu dan seluruh hidup kita akan menjadi taruhannya. Dan ini
tidak mudah, tetapi bukan tidak bisa.
Komitmen atau
Janji juga sering digunakan dalam konotasi janji dalam suatu “pernikahan”.
Artinya kedua orang yang saling mencintai memutuskan untuk saling berkomitmen
satu dengan yang lain. Sang pria berkomitmen untuk tetap setia, mengasihi istri
dalam susah dan senang, setia untuk bertanggung jawab memenuhi kebutuhan
keluarga. Demikian juga sang istri, komitmen untuk menjaga kesetiaan, mengasihi
dalam susah dan senang, dll. Kenyataan yang kita hadapi, memang ada banyak
orang yang bertahan dengan komitmennya, namun tidak sedikit juga yang gagal
dalam mempertahankan komitmen. Mengapa? Sekali lagi karena komitmen itu tidak
mudah.
Pertanyaan selanjutnya
adalah bagaimana kita dapat bertahan untuk tetap dalam komitmen kita dalam
segala hal. Dimulai komitmen terhadap Tuhan, diri sendiri, teman maupu
organisasi atau kegiatan yang kita kerjakan. Menurut saya, untuk dapat memahami
ini, kita perlu tahu tentang apa yang dimaksud dengan komitmen dan bagaimana
kita melakukan komitmen serta bagaimana agar tetap bertahan dalam komitmen.
Pengertian Komitmen
Komitmen menjadi suatu faktor penting
yang harus dimiliki dalam menjalani hidup ini terlebih dalam tugas tanggung
jawab khusus yang diberikan kepada kita. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
komitmen adalah suatu kesediaan untuk bertahan pada rencana dan
kesepakatan semula walaupun keadaan semakin tak menentu. Komitmen
adalah keberanian untuk tidak mengambil pilihan termudah dalam mencapai tujuan
bersama bila suatu kesepakatan telah diambil. Berapa hal yang bisa juga
dijadikan dasar untuk lebih memahami komitmen adalah Komitmen adalah
langkah atau tindakan yang Anda ambil untuk menopang suatu pilihan tindakan
tertentu, sehingga pilihan tindakan itu dapat kita jalankan dengan mantap dan
sepenuh hati.[1]
Saya
lebih setuju dengan pendapat Rizal karena yang menjadi fokus utama dari sebuah
komitmen adalah tindakan yang akan dilakukan atau yang harus dikerjakan setelah
komitmen itu diucapkan. Dengan kata lain, lebih menekankan pada tindakan untuk
terus mendukung komitmen.
Komitmen Dalam Alkitab
Kisah Musa
Mari kita belajar bersama dari kisah Musa dan bangsa
Israel ketika Tuhan memberikan FirmanNya. Kel. 19:3-6 yaitu:
Lalu naiklah Musa menghadap Allah, dan TUHAN
berseru dari gunung itu kepadanya: "Beginilah kaukatakan kepada keturunan
Yakub dan kauberitakan kepada orang Israel: Exo 19:4 Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan
kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap
rajawali dan membawa kamu kepada-Ku. Exo 19:5 Jadi
sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada
perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara
segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Exo
19:6 Kamu akan menjadi bagi-Ku
kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus
kaukatakan kepada orang Israel."
Tuhan
memberikan sebuah janji atau “komitmen” dengan bangsa Israel yaitu, jika mereka
sungguh-sungguh mendengar Firman maka akan mendapatkan berkat-berkatnya.
Komitmen
ini tidak saja berasal dari Tuhan saja, tetapi juga disambut oleh Bangsa Israel
yang nampak dalam Kel. 19:8 yaitu:
Seluruh bangsa itu menjawab bersama-sama: "Segala
yang difirmankan TUHAN akan kami lakukan." Lalu Musapun
menyampaikan jawab bangsa itu kepada TUHAN.
Dari
peristiwa ini, ada beberapa hal yang dapat kita petik sebagai prinsip dari
membangun sebuah komitmen yaitu:
Pertama, sebuah
komitmen haruslah disepakati oleh kedua belah pihak. Artinya, keduanya sepakat
tanpa paksaan untuk membuat sebuah komitmen terhadap sesuatu.
Kedua,
berangkat dari adanya peraturan-peraturan yang harus ditaati yaitu ketika Tuhan
memberikan hukum-hukumnya kepada Bangsa Israel (Kel. 20:1-17). Melalui kisah
ini, kita dapat melihat bahwa setelah seseorang membuat komitmen maka harus jelas,
tindakan-tindakan apa yang mesti dilakukan dalam menjalankan komitmen tersebut.
Dan hal ini haruslah, tertuang dalam bukti tertulis. Mengapa? Hal ini
dimaksudkan supaya kita dapat mengevaluasi komitmen.
Kisah Zakeus
Sebuah
kisah yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Karena sejak kita belajar di
Sekolah Minggu maka kisah ini tidak akan terlewatkan bahkan cenderung untuk
diulang-ulang. Mari kita perhatikan bersama bahwa dalam kisah tersebut nampak
seorang pribadi yang melakukan komitmen dan tindakan.
Lukas
19: 8 mengisahkan “Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah
dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang
kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."
Bagaimana seorang pemungut cukai, dibenci banyak orang karena sikapnya yang
terus memeras mampu mengambil sebuah komitmen dan langsung dibarengi dengan
tindakan yaitu:
Pertama,
Perjumpaan dengan Yesus Kristus. Seseorang akan mampu melakukan sebuah komitmen
dan bertahan dalam komitmenya apabila mengalami “Perjumpaan” dengan Tuhan. Artinya,
benar-benar mengalami kalau boleh saya mengistilahkan “TING” saat orang pertama
kali bertemu dengan seseorang dan langsung jatuh cinta. Jika seseorang belum
mengalami ini, maka kemungkinan besar bahwa komitmennya akan pudar.
Kedua,
keputusan untuk melakukan sebuah tindakan itu, dimotivasi dari dalam “Inside”
not “Outside”. Kemauan mengambil keputusan itu berasal dari pribadi sendiri
atau dalam hati bukan karena pengaruh-pengaruh dari luar diri. Misalnya, karena
ada pacar, karena mendapat hadiah, karena untuk mencari jodoh, karena takut
dihukum dll.
Kisah Paulus
Rasul
Besar dalam era Perjanjian Baru bisa kita jadikan sebuah teladan untuk
berkomitmen. Diawali dengan kisahnya yang menjadi Penganiaya Jemaat (Kis.
9:1-2). Dan akhirnya, dipakai Tuhan sebagai alat untuk memberitakan nama Tuhan
kepada bangsa-bangsa lain, raja-raja serta orang Israel (Kis. 9:15). Serta
mengambil sebuah tindakan komitmen yang luar biasa yaitu: “namun aku hidup, tetapi bukan
lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan
hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam
Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku”
(Gal.2:20). Kisah dari rasul Paulus ini, membawa kita kepada
prinsip-prinsip ketika kita akan melakukan sebuah komitmen yaitu:
Pertama,
Latar Belakang buruk seseorang tidak menghalanginya untuk mampu berkomitmen
asalkan memang mau bertobat. Terkadang kita merasa minder karena telah
melakukan sesuatu yang buruk di masa lalu, terutama berkaitan dengan hal-hal
Rohani, sehingga membuat kita lemah untuk mengambil komitmen. Mulai sekarang
STOP.. yang demikian karena kemampuan kita berkomitmen bukan karena keberadaan
kita tetapi karena ada TUHAN dalam hidup kita. Mengapa demikian? Karena pada
hakekatnya manusia tidak mampu berkomitmen bila mengandalkan kekuatan diri
sendiri.
Kedua,
orang yang berkomitmen berarti tidak lagi mementingkan keinginannya sendiri
atau “comfort zone”. Kenyamanan atas keberadaan diri sendiri seringkali menjadi
penghalang orang untuk berkomitmen. Misalnya, ketika kita berkomitmen untuk doa
pagi, maka kenyamanan tidur akan terganggu. Waktu saudara berkomitmen untuk
memberi maka kita akan kehilangan kenyamanan untuk menggunakan uang bagi
keperluan pribadi. Seorang yang berkomitmen berarti dia keluar dari zona
nyamannya “Uncomfort Zone”. Dengan kata lain, rela melakukan apapun sekalipun
dirinya merasa tidak nyaman untuk maksud yang positif.
Berkat Berkomitmen
Ada
beberapa hal yang dapat dibahas dalam kaitannya dengan pertanyaan Bagaimana berkat
apa yang kita lakukan jika kita berkomitmen yaitu:
1.
Lakukanlah sebuah komitmen dengan siapapun
seperti untuk Tuhan “Apa pun juga yang kamu perbuat,
perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu
sebagai upah” (Kolose 3:23-24).
2. Lakukanlah dengan setia
karena ada upah di dalamNya. “Karena itu,
saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah
selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan
Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (1 Korintus 15:58).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar