Sabtu, 20 November 2010

MENGAJAR ANAK UNTUK MANDIRI DAN BERTANGGUNG JAWAB


Kemandirian atau ketidakbergantungan menjadi suatu momok yang tidak disadari oleh orangtua ketika melihat anak-anaknya tidak lagi di bawah pengawasannya. Suatu saat ketika menghadiri rapat orangtua murid, ada sesuatu yang menurut saya tidak masuk akal. Orangtua dari seorang murid meminta untuk dipasang “CCTV” di setiap kelas sehingga mereka dapat melihat bagaimana keadaan anaknya di kelas, bagaimana gurunya memperlakukan demikian juga relasinya dengan teman sekelasnya. Sungguh ironis, orangtua sangat tidak mempercayai guru dan juga anaknya.

Disisi yang lain, semangat yang luar biasa dilakukan oleh para staf dan guru agar anak mampu mandiri dan belajar bertanggung jawab terhadap segala tugas-tugasnya. Anak tidak lagi diijinkan untuk dijaga oleh orangtua maupun baby sitter, walaupun untuk melepaskan kebiasaan itu harus ada air mata yang menetes dan suara tangisan yang keras. Namun itu tidak menghentikan semangat mereka, karena itulah yang seharusnya terjadi dan baik untuk kehidupan mereka di masa depan.

Orangtua dan guru harus bekerja sama untuk menolong anak agar tidak bergantung dan belajar bertanggung jawab. Bagi sebagian guru yang sudah di didik dan dilatih hal itu terlihat mudah, bagaimana dengan para orangtua? Bagaimana caranya? Untuk memahami itu para orangtua harus mengerti apa yang dimaksudkan dengan kemandirian dan bertanggungjawab? Pada usia berapakah itu dapat dilakukan? Mengapa kemandirian dan rasa bertanggungjawab itu penting? Dan akhirnya bagaimana caranya mengajar anak untuk mandiri dan bertanggung-jawab.

Kemandirian dan Tanggungjawab

Kemandirian tidak dapat lepas dari akar katanya yaitu “mandiri” yang seringkali menjadi anekdot bagi banyak orang dengan singkatan dari “Mandi sendiri”. Walaupun tidak demikian arti sebenarnya. Namun ada kata “sendiri” yang merupakan unsur pokok dari kemandirian. Kemandirian mengandung pengertian melakukan segala aktivitas yang sudah mampu dilakukan tanpa bantuan orang lain atau melakukannya sendiri. Misalnya seorang anak sudah dapat makan minum sendiri, sikat gigi sendiri, mandi sendiri dll.

Bertanggung jawab memiliki pemahaman yang lebih luas daripada kemandirian. Seseorang yang sudah bertanggungjawab biasanya juga akan diikuti dengan kemandirian dalam dirinya. Namun seorang anak yang mandiri belum tentu mampu untuk bertanggungjawab. Tanggung jawab menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan. Misalnya : seorang anak setelah bermain harus bertanggungjawab untuk membersihkan atau mengembalikan mainannya pada tempat yang seharusnya, menaruh sepatu pada tempatnya, setelah pulang sekolah harus mengganti baju dll.

Anak tidak dapat dengan sendirinya mengetahui kapan ia harus mandiri dan bertanggungjawab. Orangtua berkewajiban untuk menolongnya. Kemandirian dan tanggung jawab harus dilatih sampai menjadi suatu kebiasaan yang sudah mendarah daging. Itu harus dilakukan secara terus-menerus dan membutuhkan kesabaran yang luar biasa. Tetapi hasilnya akan nampak dikemudian hari kelak.

Kapan Harus Dimulai ?

Banyak orangtua memandang anak kecil sebagai pribadi yang rentan dan selalu harus ditolong oleh orang dewasa. Hal ini dilakukan karena menganggap usianya masih relatif kecil dan belum mengetahui apa-apa. Dengan berjalannya waktu, tanpa disadari orangtua lupa untuk mengajarkan kemandirian dan rasa tanggungjawab kepada anak.

Kapan sebenarnya seorang anak sudah dapat diajarkan untuk mandiri dan bertanggung-jawab? Menurut saya jauh lebih baik jika dilakukan sedini mungkin agar mereka dapat bertanggung jawab terhadap hidupnya. Secara nyata kemandirian dan rasa bertanggung jawab dapat dilakukan ketika anak sudah memintanya. Bagaimana kita tahu bahwa mereka sudah mau mandiri dan bertanggungjawab ?

Bagi mereka yang memiliki anak, pasti akan sering berjumpa dengan anak-anak yang berkata “ Mama, aku mau betulin sendiri?” atau “Aku, mau coba sendiri?” jika anak-anak kita sudah seringkali berkata demikian berarti sudah saatnya untuk diajar mandiri dan bertanggungjawab. Seharusnya para orangtua patut bersyukur karena anaknya mau belajar mandiri, namun reaksi yang di dapat berbeda. Orangtua memiliki kecenderungan untuk melarang ini, jangan pegang itu, kamu belum bisa dll. Akibatnya anak menjadi berontak dengan menangis, memukul dll. Cobalah menyadari hal ini.

Dari segi usia maka anak usia 2-3 tahun sudah dapat diajar untuk bersikap mandiri dan bertanggungjawab. Mandiri dan bertanggung jawab tentunya sesuai dengan kemampuan anak. Jika menurut orang tua anak belum mampu sepenuhnya maka anak dapat ditolong untuk mengerjakannya bersama-sama. Misalnya: ketika mandi mungkin anak-anak belum terlalu mampu untuk mandi dengan bersih maka orang tua dapat mendampingi anak. Mengajarkan mana yang harus diberi sabun, mana yang harus digosok dan itu harus dilatih sampai anak mampu melakukannya dengan sempurna.

Pentingkah kemandirian dan tanggungjawab ?

Suatu saat saya makan bersama dengan beberapa teman. Kami datang serombongan untuk merayakan hari ulang tahun salah satu dari anggota rombongan ini. Ketika semuanya sedang asik menikmati makanan, tiba-tiba telepon dari salah satu di antara kami berdering, dan terdengarlah percakapan yang bagi orang dewasa tampak lucu. Teman saya ini begitu diatur harus makan nasi 5 sendok, gelas harus dilap kembali dengan tisu, dan didiktekan apa saja yang harus dilakukan selama makan. Dari segi usia dia bukan anak-anak lagi, saat itu sedang merencanakan untuk menikah. Tetapi ketergantungan kepada orangtua belum bisa dilepaskan. Selidik punya selidik memang orangtuanya merasa nyaman ketika anaknya bergantung kepadanya. Tetapi ditengah teman-temannya dia merasa malu karena tidak dapat berbuat apa-apa.

Biasanya anak menjadi minder, tidak dapat bersosialisasi dengan baik, sering merasa cemas karena harus tanpa orangtua. Anak tidak dapat mengambil keputusan untuk dirinya sendiri. Dan ini berakibat dalam jangka panjang sampai anak beranjak dewasa. Untuk itulah sangat penting mengajar anak agar mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya dan apa yang menjadi tugas tanggungjawabnya.

Bagaimana Caranya ?

Orangtua mempunyai tugas untuk mengajar anak-anaknya agar mandiri dan bertanggungjawab. Tugas dan tanggungjawab ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit dan bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Memerlukan suatu ”Komitmen”. Artinya bagaimanapun sulitnya, atau mungkin besarnya perasaan jengkel karena sikap anak, orangtua harus tetap rela untuk mengajar anak mandiri dan tanggungjawab.

Berikut ada beberapa tips yang dapat digunakan untuk menolong anak agar dapat mandiri dan bertanggung-jawab yaitu:

1. Hindari keterlibatan terhadap setiap aktivitas anak.

Ketika seorang anak sudah mampu untuk menerima suatu aktivitas yang sesuai dengan usianya maka orangtua seharusnya mengajarkan kepada anak bagaimana melakukan itu. Orangtua bukan melakukannya untuk anak tetapi orangtua sebagai pendamping (guide) agar anak dapat melakukan aktivitasnya. Selain sebagai guide, orangtua berperan sebagai ”Motivator” untuk mendorong dan mengajak anak agar mau ”Berjuang” melakukan sesuatu yang baru.

2. Percayailah anak kita.

Ketidakmampuan orangtua untuk mengajar anaknya mandiri dan bertanggung jawab adalah karena mereka tidak bisa mempercayai anaknya. Seorang anak sangat membutuhkan untuk tahu bahwa dirinya dipercaya. Misalnya: anak diminta tolong untuk membawakan barang belajaan yang relatif ringan. Bagaimana anak bisa tahu bahwa dirinya dipercaya ? Doronglah anak dengan kata-kata yang positif seperti,”Kamu, anak yang pintar atau kamu, pasti bisa.” Melalui ini anak dapat di ajar untuk berpikir positif tentang dirinya sendiri.

3. Ajarlah suatu ketrampilan hidup melalui RUTINITAS

Mendengar kata rutinitas mungkin kita dapat beranggapan negatif karena sesuatu yang sering dilakukan dan membosankan. Sebenarnya tidaklah demikian. Rutinitas memberikan kepada anak suatu pengalaman untuk melakukan (praktek) dan pengulangan. Misalnya: setiap pulang dari sekolah maka anak harus membuka sepatunya sendiri dan menaruh pada tempat sepatu, mengeluarkan tempat rotinya, menaruh tas pada tempatnya dll.

Suatu saat saya mendengar percakapan seorang anak dengan neneknya. Nek, kalau pagi harus mandi, sudah mandi sekolah, terus makan, main, terus tidur, terus bangun lagi mandi, terus makan, main lagi, terus tidur lagi, gitu yach... dari percakapan itu kita bisa memahami bahwa anak sudah belajar mandiri melalui rutinitas yang dilakukan.

4. Biarkan anak menerima pengalaman melakukan kesalahan dan menerima konsekuensinya.

Sebagai orangtua terkadang kita menerima sikap anak yang tidak menuruti apa yang kita katakan. Sekali waktu kita perlu membiarkan anak untuk melakukan apa yang menjadi pilihannya, dan berikan konsekuensi terhadap apa yang dilakukan jika itu menjadi suatu kesalahan. The nanny 911 menggunakan istilah ini dengan kata ”TIME OUT”. Artinya ada konsekuensi terhadap suatu kesalahan. Time out ini dilakukan dengan memilih suatu tempat untuk anak, misalkan kursi, sudut rumah, sebagai tempat anak melakukan time out. Time out dilakukan dengan menyuruh anak untuk berhenti dari aktivitasnya selama beberapa waktu di tempat yang sudah ditentukan. Bagi orangtua ini biasa, tetapi bagi anak ini suatu konsekuensi yang berat. Cara ini sangat efektif, untuk mengajarkan anak bertanggungjawab terhadap apa yang telah dilakukannya.

5. Melatih anak ke arah hidup yang mandiri dan bertanggung jawab.

Anak-anak kita terutama yang masih kecil terlalu sering untuk bertanya tentang segala sesuatu yang ingin diketahuinya. Hal ini dapat dijadikan sarana untuk mengajarkan kemandirian dan rasa tanggungjawab kepada anak. Misalkan : seorang anak melihat temannya jatuh, coba tanyakan apa yang harus dilakukannya? Setelah menjawab, doronglah anak untuk melakukan itu dan berikan pujian karena sikapnya yang bertanggungjawab.

Akhir dari semuanya, setiap orangtua menginginkan anaknya untuk mandiri dan bertanggungjawab. Mengharapkan anaknya mengalami pertumbuhan yang sehat baik secara mental maupun jasmaninya. Namun tidak dengan menghindarkan anak dari rasa sakit dan keadaan yang serba baik. Tetapi dengan memperlengkapi mereka dengan apa yang dibutuhkannya untuk bertanggungjawab dan mandiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar